Selasa, 24 Oktober 2017

PENDIDIKAN ISLAM MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
Kerajaan Mataram, Kerajaan Gowa Tallo Dan Kerajaan Demak
Mata Kuliah :
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM 2
Dosen Pengampu:
Drs. Khairuddin,M.Ag
Oleh Kelompok 3 : LESNIDA LUBIS                               
MODONG HARAHAP
M. RAMZANI SIREGAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI 2)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN  KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2017/2018

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat seta salam semoga tercurahkan kepada nabi kita, Muhammad SAW., keluarga serta sahabatnya dan akhirnya kepada kita sebagai umat yang tunduk terhadap ajaran yang dibawanya.
Kami selaku penyusun makalah ini merasa lega dan bahagia karena bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Islam Di Indonesia, (Kerajaan Mataram, Kerajaan Gowa Tallo dan Kerajaan Demak)” sesuai dengan waktu yang direncanakan, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa atau pelajar, terutama bermanfaat bagi kelompok kami yang sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan mak alah ini, guna untuk memenuhi tugas perkuliahan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini, terutama kepada Bapak Drs. Khairuddin, M.Ag Beliau telah mempercayakan kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Penulis



DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ....................................................................................................  i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I      Pendahuluan ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II  PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA(Kerajaan Mataram,
Kerajaan Gowa Tallo dan Kerajaan Demak)........................................ 3
A.    pendidikan Islam Masa Kerajaan Mataram...................................................... 3
B.     pendidikan Islam Masa Kerajaan Gowa tallo................................................... 7
C.     pendidikan Islam Masa Kerajaan Demak......................................................... 9

BAB III   PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12




 BAB I
PENDAHULUAN
A.          LATAR BELAKANG
Masa kerajaan Islam merupakan salah satu dari periodesasi perjalanan pendidikan sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini kaena lahirnya kerajaan islalm yang disertai berbagai kebijakan dari penguasaannya. Saat itu sangat mewarnai sejarah Islam di Indonesia. Terlebih-lebih agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi Negara atau kerajaan pada saat itu.
Perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa mengesampingkan keadaan Islam pada masa kerajaan Islam ini. Pendidikan Islam itu menjadi tolak ukur bagaimana Islam dan umatnya telah memainkan peranannya dalam berbagai aspek social, politik, maupun budaya. Oleh karena itu, untuk melacak sejarah pendidikan Islam di Indonesia dengan periodesasinya, baik dalam pemikiran, isi maupun pertumbuhan organisasi dan kelembagaannya. Tidak mugkin dilepaskan dari fase-fase yang dilaluinya.
Tumbuhnya kerajaan Islam sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini jelas sangat berpengaruh sekali dalam proses islamisasi/ pendidikan Islam di Indonesia, yaitu sebagai suatu wadah/ lembaga yang dapat mempermudah penyebaran Islam di Indonesia. Ketika kekuasaan politik Islam semakin kokoh dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, pendidikan semakin memperoleh perhatian, karena kekuatan politik digabungkan dengan semangat para mubaligh (pengajar agama pada saat itu) untuk mengajarkan Islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia. Makalah ini akan membahas tentang pendidikan islam pada masa kerajaan islam yaitu, kerajaan mataram, kerajaan gowa tallo, Dan kerajaan demak .





B.           RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Pendidikan Islam pada masa kerajaan Mataram (Kebijakan, lembaga Dan jaringan) ?
2.      Bagaimana Pendidikan islam pada masa kerajaan Gowa Tallo (kebijakan, lembaga dan jaringan)
3.      Bagaimana Pendidikan islam pada masa kerajaan Demak (kebijakan, lembaga Dan jaringan) ?

C.          TUJUAN
1.      Untuk mengetahui Bagaimana Pendidikan Islam pada masa kerajaan Mataram (Kebijakan, lembaga Dan jaringan) ?
2.      Untuk mengetahui Bagaimana Pendidikan islam pada masa kerajaan Gowa Tallo (kebijakan, lembaga dan jaringan)
3.      Untuk mengetahui Bagaimana Pendidikan islam pada masa kerajaan Demak (kebijakan, lembaga Dan jaringan) ?



BAB II
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
(Kerajaan Mataram, Kerajaan Gowa Tallo dan Kerajaan Demak)
A.    PENDIDIKAN ISLAM MASA KERAJAAN MATARAM
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas peberontakan Aria Penangsang tersebut. Sebagai hadiah atasnya, sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.[1]
Pada tahun 1577 M. Ki Gede Pemanahan menempati istana barunya di Mataram. Dia digantikan oleh putranya, Senopati tahun 1584 dan dikukuhkan oleh sultan Pajang. Senopatilah yang dipandang sebagai sultan Mataram pertama, setelah Pangeran Benawa, anak Sultan Adiwijaya, menawarkan kekuasaan atas Pajang kepada Senopati. Meskipun Senopati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan, diantaranya Gong Kiai Jatayu, namun dalam tradisi jawa, penyerahan benda-benda pusaka itu semua artinya dengan penyerahan kekuasaan.
Senopati meninggal dunia tahun 1601 M, dan digantikan oleh putranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M, Seda Ing Krapyak oleh putranya, Sultan Agung, yang melanjutkan usaha ayahnya. Pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur praktis sudah berada dibawah kekuasaannya. Dimasa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1630 M, Sultan Agung menetapkan Amangkurat I sebagai putra mahkota. Sultan Agung wafat tahun 1646 M dan dimakamkan di Imogiri. Ia digantikan oleh putra mahkota. Masa pemerintahan Amangkurat I hampir tidak pernah reda dari konflik. Dalam setiap konflik, yang tampl sebagai lawan adalah mereka yang didukung oleh para ulama yang bertolah dari keprihatinan agama. Tindakan pertama pemerintahannya adalah menumpas pendukung pangeran alit dengan membunuh banyak ulama yang dicurigai.

a.       Kebijakan Pendidikan Islam Kerajaan Mataram (1575-1757)
Perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang tidak menyebabkan perubahan yang  berarti dalam system pendidikan dan pengajaran Islam. Setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari pajang ke Mataram (tahun 1586 M), tampak beberapa perubahan, terutama pada zaman Sultan Agung(tahun 1613 M). Setelah mempersatukan Jawa Timur dengan Mataram serta daerah-daerah yang lain, Sultan Agung mulai mencurahkan perhatiannya untuk membangun negara, seperti mempergiat berladang dan bersawah, serta memajukan perdagangan dengan luar negeri.
Atas kebijaksanaan Sultan Agung, kebudayaan lama yang berdasarkan Indonesia asli dan Hindhu dapat disesuaikan dengan Agama dan kebudayaan Islam, seperti:
1.      Gerebeg disesuaikan hari raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Sejak itu terkenal  dengan gerebek poso(puasa)gerebek Mulud.
2.      Gamelan Sekaten yang hanya dibunyikan pada Gerebek Maulud, atas kehendak Sultan Agung dipukul di halaman Masjid.
3.      Karena hitungan tahun Caka (Hindu) yang dipakai di Indonesia (Jawa) berdasarkan hitungan perjalanan matahari berbeda dengan Hijriyah yang berdasarkan perjalanan bulan, pada tahun 1633 M, atas perintah Sultan Agung, tahun caka yang telah berangka 1555 tidak lagi ditambah dengan hitungan matahari, melainkan dengan hitungan perjalanan bulan, sesuai dengan tahun Hijriyah. Tahun yang baru disusun itu disebut tahun Jawa dan sampai sekarang tetap dipergunakan.

b.      Lembaga Dan jaringan Pendidikan Islam Kerajaan Mataram
Sultan Agung juga memerintah supaya di tiap-tiap ibu kota kabupaten didirikan sebuah masjid, sebagai induk dari sebuah masjid dalam daerah kabupaten, dan pada tiap-tiap ibu kota didirikan sebuah masjid kewedanaan . Begitu pula pada tiap-tiap desa didirikan masjid desa. Masjid Gede dikepalai seorang penghulu dan dibantu oleh empat puluh orang pegawainya. Masjid kewedanaan dipimpin oleh seorang Naib dan dibantu oleh sebelas orang pegawainya, sedangkan masjid desa dikepalai oleh Modin (Kayim, Kaum) dan empat orang pembantunya. Pada satu desa diadakan beberapa tempat pengajian Quran, dan diajarkan pokok-pokok ajaran Islam, seperti cara beribadah, rukun Iman, rukun Islam dan sebagainya. Jumlah tempat pengajian bergantung pada banyaknya Modin di desa itu.[2]
Beberapa tempat pengajian Qur`an diadakan di desa-desa. Disana diajarkan huruf hijaiyah, membaca al-qur`an, pokok-pokok dan dasar ilmu agama Islam. Cara mengajarkannya adalah dengan menghafal. Jumlah tempat pengajian Qur`an adalah banyaknya modin di desa itu. Hal itu disebabkan di tiap pengajian Qur`an, modin bertindak sebagai pengajar. Meskipun tidak ada undang-undang wajib belajar, namun anak laki-laki dan perempuan yang berumur 7 tahun harus belajar di pengajian qur`an di desa masing-masing atas kehendak orang tuanya sendiri. Hal tersebut menjadi semacam adat yang berlaku saat itu. Karena jika ada anak yang berumur 7 atau lebuh tidak belajar mengaji, dengan sendirinya menjadi olok-olokan teman seusianya.
Selain itu ada pula pengajian kitab yang dikhususkan pada murid-murid yang telah menghatamkan al-Qur`an. Guru di pengajian kitab bisanya adalah murid modin terpandai di desa itu. Bisa juga modin dari desa lain yang memenuhi syarat, baik dari kepandaian maupun budi pekertinya. Guru-guru tersebut diberi gelar Kiyai Anom. Waktu belajar pagi, siang, dan malam hari. Kitab-kitab yang diajarkan ditulis dalam bahasa arab lalu diterjemahkan ke dalam bahasa daerah. Pelajarannya antara lain Usul 6 bis, kemudianmatan taqrib, dan bidayatul hidayah karya Imam Ghazali dalam ilmu akhlaq. Pengajarannya dilakukan dengan sorongan, seorang demi seorang bagi murid pemula dan halaqah bagi pelajar lanjutan.
Di beberapa kabupaten, diadakan pesantren desa ke tingkatan tinggi. Gurunya bergelar kiyai sepuh ayau kanjeng kiyai. Pesantren ini berperan sebagai lembaga pendidikan tingkat tinggi. Kitab-kitab yang diajarkan pada pesantren besar adalah kitab-kitab besat dalam bahasa arab, lalu diterjemahkan kata demi kata kedalam bahasa daerah dan dilakukan secara halaqah. Bermacam-macam ilmu agama diajarkan disini, seperti: fiqih, tafsir, hadits, ilmu kalam,  tasawuf dan sebagainya. Selain pesantren besar, juga diselenggarakan semacam pesantern takhasus, yang mengajarkan satu cabang ilmu agama dengan cara mendalam atau spesialisasi.[3]


Dalam pendidikan islam masa mataram, membagi pesantren menjadi beberapa tingkatan, yakni :
1.      Tingkat pengajian Al-Qur’an
Tingkat ini terdapatdi setiap desa yang di ajarkan adalah huruf hijaiyah, membaca al-qur’an berzanji,rukun imam, dan rukun islam.
2.      Tingkat pengajian Kitab
Santri yang mengaji pada tingkatan ini adalah yang telah khatam al-qur’an.
Tempatnya biasanya di serambi masjid dan mereka umumnya mondok. Guru yang mengajar diberi gelar kiai anom. Kitab-kitab mula-mula yang di pelajari adalah 6 kitab dengan 6 bismillahirahmanirrahim, kemudian matan taqrib dan bidayatul hidayah.
3.      Tingkatan pesantren besar
Di adakan di daerah kabupaten sebagai lanjutan dari desa. Kitab yang dipelajari adalah kitab-kitab besar berbahasa arab yang diterjemahkan kedalam bahasa daerah. Cabang-cabangilmu yang diajarkan adalah fiqh,tafsir,hadis, ilmu kalamtasawuf dan lain-lain
4.      Pondok pesantren tingkat keahlian (takhassus)
      Ilmu yang di pelajari pada tingkat ini adalah salah satu cabang ilmu secara mendalam.tingkat ini adalah tingkat spesialis.




B.     PENDIDIKAN ISLAM MASA KERAJAAN GOWA TALLO
Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut Kerajaan Makasaar. Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya Pulau Sulawesi, yang merupakan daerah transit sangat strategis.
Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan Ternate yang telah menerima Islam dari Gresik/Giri.[4]
Di Sulawesi, sistem pendidikannya tidak jauh beda dengan tempat-tempat yang lain, yaitu menggunakan sistem lama. Bentuknya berupa lembaga madrasah, tetapi masih sangat sederhana. Isinya pun hanya belajar tentang menulis dan membaca Al-Qur’an, hukum tentang kesucian individu dalam menghadap Tuhannya.
Adapun madrasah di Sulawesi Tengah yaitu Madrasah Al-Khoirat, Madrasah Tarbiyah Islamiyah, Madrasah Daru Dakwah Wal Irsyad.
Pada masa pemerintahan Raja Gowa ke sepuluh di kembangkan keterampilan, seperti pandai besi, pembuat bangunan rumah dan perahu, pembuatan sumpit, senjata, dan lain-lain. Selanjutnya, dengan penetapan agama Islam sebagai agama resmi kerajaan pada tanggal 9 november 1607 M, sistem pendidikan tradisional semakin berkembang. Masjid Kalukubodoa (Tallo-Gowa) misalnya, menjadi pusat pengajian Islam yang dikunjungi oleh siswa, baik dari kerajaan gowa maupun dari segenap Negeri Bugis Makassar lainnya yang telah menerima agama Islam.
Pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-15 (1637-1653 M) Sultan Malikussaid tiap-tiap negeri (bate) memiliki masjid dan tiap-tiap kampung memiliki langgar. Selain dipergunakan untuk sholat, masjid dan langgar juga di gunakan sebagai tempat pengajian agama bagi para pemuda di tempat itu. Guru yang mengajarkan Al-Qur’an dan imu-ilmu Islam lainnya disebutanrong-gurunta atau gurunta.[5]
Agama islam masuk di sulawesi mula-mulai adalah di bagian Jazirah sebelah selatan. Daerah ini didiami oleh suku makassar dan bugis . pada abab ke-16 berdiri di daerah itu kerajaan goa yang meliputi seluruh daerah-daerah kediaman suku makassar.
Kerajaan mula-mula yang berdasarkan islam di sulawesi adalah Kembar Gowa Tallo pada tahun 1605, Rajanya bernama I Mailkang Daeng Manyonri, masuk islam berganti nama Sultan Abdullah Awwalul Islam. Setelah itu raja gowa Aluddin masuk islam dalam waktu dua tahun seluruh rakyanya telah memeluk islam. Mubaligh islam yang berjasa adalah murid Sunan Giri yakni Abdul Qadir Kahtib Tunggal bergelar  Datu Ribandang, ia berasal dari minangkabau di bantu oleh Datu Sulaiman alias Datu Pattimbang, danDatu RI Tirto alias Khatib Bungsu yang telah berjasa menyuburkan islam di sulawesi.
Maka tersebutlah riwayat tiga orang anak minangkabau yaitu Datu Ribandang, Datu Pattimbang, Datu RI Tirto datang merantau di daerah makassar.  Di antara ketiga itu yang paling besar jasanya ialah Datu Ribandang . Datu Ribandang itulah yang mengadakan perhubungan dengan raja gowa, sehingga akhirnya raja gowa  itu memeluk agama islam (kurang lebih tahun 1600 M) Baginda memeluk agama islam dan menggati namanya menjadi Sultan Alauddin Anwamul Islam bersama baginda wasir besarnya Karaeng Matopia  turut pula memeluk agama islam  kemudian di ikuti oleh pembesar-pembesarnya dan rakyat umumnya.
Pengaruh Raja Gowa dan Tallo dalam dakwah islam sangat besar terhadap raja-raja kecil lainnya.Kemudian ketiga datu itu terus juga menyiarkan agma islam ke dalam kerajaan bugis yang lain , seperti Wajo, Soppeng,Sidenreng,Ternate dan lain-lain sehingga tersiarlah agama islam di daerah itu. Sampai sekarang ketiga nama datu itu masih menjadi ingatan yang mulia bagi orang bugis dan makassar.setelah raja gowa memeluk agama islam, maka dalam waktu yang tidak lama daerah selatan pulau kalimantan telah tunduk dan memeluk agama islam taklama kemudian kerajaan goa menaklukan Bone (1606 M), Bima (1616,1618,dan 1626), Sumbawa (1618, 1626),Buton (1626). Dengan taklutnya daerah-daerah tersebut maka agama islam ikut di belakangnya tersebar di seluruh daerah itu dengan demikian dapat di sinpulakan bahwa agama islam mula-mula datang di sulawesi selatan kemudian kerajaan gowa menyempurnakan penyebarannya sehingga sampai di Nusa Tenggara, sekarang keadaan agama islam di Sulawesi sebagai berikut:
Di Sulawesi Utara terdapat penduduk beragam islam kecuali di daerah Minahasa yang hanya terdapat di sana kurang lebih 25.000 orang islam. Di Sulawesi Selatan boleh di katakan seluruh penduduknya islam. Sedangkan di Sulawesi Tenggara  di diami oleh orang-orang yang memiliki bermacam-macam kepercayaan, seperti agama islam, agama nasrani, dan kepercayaan daerah.

C.    PENDIDIKAN ISLAM MASA KERAJAAN DEMAK
Perkembangan islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada penguasa-penguasa islam dipesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta. Walisono bersepakat mengangkat Rden Patah menjadi Raja pertama kerajaan Demak. Kerajaan islam pertama di Jawa, dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidin Panatagama. Raden patah dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam persoalan-persoalan agama, dibantu oleh para ulama, Walisongo. Sebelumnya Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah asal majapahit yang diberikan raja majapahit keada raden patah. Daerah ini lambat laun menjadi pusat perkembangan agama islam yang diselenggarakan oleh para wali.
Pemerintah raden patah berlangsung kira-kira diakhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Dikatakan, ia adalah seorang anak raja majapahit dari seorang ibu muslim keturunan campa. Ia digantikan oleh anak nya, Sambrong Lor, dikenal juga dengan nama Pati Unus. Pati unus digantikan oleh Trenggoo yang dilantik sebagai sultan oleh sunan gunung jati dengan gelar sultan Ahmad Abdu ‘Arifin. Ia memerintah pada tahun 1524-1546. Pada masa sultan demak ketiga inilah islam dikembangkan keseluruh tanah jawa, bahkan sampai kekalimtan selatan. Selanutnya, pada tahun 1529, demak berhasil menundukkan Madiun, Blora (1530). Surabaya (1531), Pasuruan (1535), dan atara tahun (1541-1542) lomongan, blitar, wirasaba, dan kediri (1544)palembang dan banjarmasin mengakui kekuasaan demak. Sementara daerah jawa tengah bagian selatan sekitar gunung merapi, pengging dan pajang berhasil dikuasai berkat pemuda islam, Syaikh siti jenar dan sunan tembayat. Pada tahun 1546, penyerbuan ke blambangan, sultan Trenggono terbunuh, ia digantikan adiknya Prawoto. Masa pemerintahannya tidak berlangsung lama karena terjadi emberontakan oleh adipati-adipati sekitar kerajaan demak. Dengan demikian kerajaan demak berakhir dan dilanjutkan oleh kerajaan Pajang dibawah jaka tingkir yang berhasil membunuh Aria Penangsang. 
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah pada awal abad XIV. Pada mulanya, Demak merupakan pusat pengajaran Islam yang dipelopori oleh Raden Fatah (tahun  1500 M), kemudian makin lama Demak berkembanmg menjadi kota perdagangan dan akhirnya menjadi sebuah kerajaan. Pendidikan dan pengajaran Islam bertambah maju dan penyebaran Islam ke seluruh Pulau Jawa maju pesat karena adanya bantuan pemerintah dan pembesar-pembesar Islam yang membelanya. Dengan demikian, didikan dan ajaran Islam mulai mendesak dan mengurangi pengaruh agama Hindu sedikit demi sedikit.[6]
Kitab-kitab agama Islam di zaman Demak yang kini masih dikenal adalah Primbon, yaitu notes berisi segala macam catatan tentang ilmu-ilmu agama, doa, bahkan juga tentang ilmu obat-obatan, ilmu gaib, dan sebagainya. Selain itu, ada lagi kitab-kitab yang dikenal dengan nama Suluk Sunan Bonang, Suluk Sunan Kalijaga, Wasita Jati SUnan Geseng dan lain-lain. Kitab ini berbentuk diktat didikan dan ajaran mistik (tasawuf) Islam dari para sunan yang bersangkutan yang ditulis dengan tangan.
Proses penyiaran Islam pada waktu itu dengan cara propaganda tingkah laku dan perbuatan, tidak banyak bicara,dan secara berangsur-angsur dalam menjalankan hokum syariat. Di tempat-tempat sentral suatu daerah didirikan masjid yang dipimpin seorang badal. Dialah yang menjadi sumber ilmu dan pusat pendidikan dan pengajaran Islam. Wali suatu daerah diberi gelar resmi, yaitu sunan ditambah nama daerahnya.[7]
Untuk menyempurnakan rencana pendidikan, Wali songo dari Kerajaan Demak mengambil suatu keputusan untuk mengisi semua cabang kebudayaan nasional, yakni filsafat hidup, kesenian, kesusilaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan yang lainnya dengan anasir-anasir pendidikan dan pengajaran Islam agar agama islam mudah diterima dan menjadi darah daging dalam kehidupan masyarakat. Usaha ini berhasil dengan baik. Keberhasilan ini menunjukkan kecakapan, kebijaksanaan Sunan Kalijaga dan Sunan Giri dalam lapangan pendidikan dan pengajaran Islam.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Masa Kerajaan Islam merupakan salah satu dari periodisasi perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini karena lahirnya kerajaan islam disertai kebijakan dari penguasnya. Saat itu sangat mewarnai sejarah Islam di Indonesia. Terlebih-lebih agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi negara/kerajaan pada saat itu. Karena itulah, bila kita berbicara tentang perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, tentu saja kita tidak bisa menyampingkan bagaimana beberapa kerajaan islam di Indonesia, serta bagaimana percaya dalam pendidikan Islam dan dakwah islamiyah tentunya.
Tumbuhnya kerajaan Islam sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di Indonesia ini jelas sangat berpengaruh sekali dalam proses islamisasi/pendidikan Islam di Indonesia, yaitu sebagai suatu wadah/ lembaga yang dapat mempermudah penyebaran Islam di Indonesia. Ketika kekuasaan politik Islam semakin kokoh dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam, pendidikan semakin memperoleh perhatian, karena kekuatan politik digabungkan dengan semangat para mubaligh uutuk mengajarkan Islam merupakan dua sayap kembar yang mempercepat tersebarnya Islam ke berbagai wilayah di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
Mahmud Yunus. 1995. sejarah pendidikan Islam di Indonesia Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Enung K Rukiati. 2005. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta : rineka cipta.
Hasbullah. 2001.  Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Badri Yatim. 2008.  Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Abdul Kodir. 2015.  Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hamka. 1976. Sejarah Umat Islam. Jakarta: bulan bintang.




[1] Mahmud Yunus, sejarah pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1995), hlm. 220.

[2] Enung K Rukiati,Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta : 2005, rineka cipta)  hlm 41
[3] Hasbullah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), hlm.37
[4] Badri Yatim, Hafiz Anshari AZ, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 223
[5] Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),  hlm. 168
[6] Hamka, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: 1976, bulan bintang), hl 157.
[7] Ibid,hlm.42