“KAULAH
SEGALANYA” : GURU DALAM PEMBELAJARAN
Oleh:
Lesnida Lubis (31153132)
Akhir-akhir
ini telah banyak Koran yang menurunkan tulisan di Kolom Opini mengenai guru
dengan berbagai dimensi dan keunikan perannya dalam proses pendidikan dan/atau pembelajaran
di kelas. Banyak puji-puji, ekspektasi, dan bahkan kritik sana sini terkait
dengan peran dalam proses dan hasil pembelajaran. Apalagi dengan akan
diimplementasikannya Kurikulum 2013, diskusi tentang peran profesional guru
serasa tidak akan ada habis-habisnya. Mengapa begitu? Karena guru memang
memegang kunci utama dalam suksesnya sebuah implementasi kurikulum. Guru yang
baik (profesional) akan mampu dan sanggup mengubah kurikulum yang tidak jelas
dan amburadul sekalipun menjadi sebuah program pembelajaran yang bermakna bagi
siswa. Apalagi kalau ada tandem positif antara guru baik dengan kurikulum yang
jelas arahnya dan baik, tentu proses pembelajaran akan berjalan dengan tanpa
cacat dan cela baik secara substantif, metodologis, maupun pedagogis.
Sebaliknya guru yang tidak baik dan tidak profesional dapat dipastikan akan
merusak kurikulum. Di tangan guru yang tidak profesional, kurikulum yang telah
dalam sempurna dirancang dan dikembangkan, akan berubah menjadi sebuah proses
pembelajaran yang hanya merupakan ritual membingungkan, tidak jelas, dan
membosankan bagi para siswa, yang pada akhirnya siswa tidak akan bisa mencapai
baik kompetensi inti maupun kompetensi dasar dari suatu tema pembelajaran.
Bahkan Wina Sanjaya, dalam bukunya Strategi Pembelajaran meyakinkan
pembacanya bahwa sekali guru memasuki ruang kelas dan menutup pintu kelasnya,
maka hanya dialah yang bisa menentukan mau kemana proses pembelajaran akan
dibawa, dan kompetensi inti apa yang akan ditanamkan melalui proses belajar
saat itu. Itulah sebabnya untuk melakukan dalam implementasi Kurikulum 2013
mutlak dibutuhkan guru yang terlatih dan profesional. Mengapa demikian? Karena
kalau sampai para guru kita tidak terlatih dan profesional, maka akan terjadi
perubahan “minder” pada mereka dalam melakukan proses pembelajaran di kelas,
dan ketika pintu-pintu kelas telah ditutup dan dikunci rapat-rapat oleh mereka,
maka implementasi Kurikulum 2013 akan menghadapi kegagalan di dalam kelas itu,
oleh perilaku guru yang tidak profesional.
Peran
Strategis
Kontribusi siginifikan guru terhadap
proses pendidikan telah diteliti di Amerika Serikat dengan menggunakan paling
tidak 2,5 juta siswa. Sangat menakjubkan hasilnya. Oleh karena itu, sekali
lagi, aspek profesionalisme para guru tetap akan menjadi taruhan penting bagi
suksesnya implementasinya sebuah kurikulum. Penelitian Chetty, Friedman, dan
Rockoff (2011): The Long-Term Impacts of eachers: Teacher Value-added and
Student Outcomes in Adulthood, dengan jelas menyimpulkan jika para siswa
diajar oleh guru yang mampu menyampaikan bahan ajar (kurikulum) dengan baik
maka para siswa itu setelah tamat sekolah memiliki peluang yang sangat besar
untuk bisa: (1) sukses masuk ke perguruan tinggi, (2) memasuki perguruan tinggi
kelas papan atas, (3) mendapatkan gaji yang lebih tinggi setelah bekerja, (4)
hidup di lingkungan sosial ekonomi yang lebih tinggi, (5) menabung lebih banyak
untuk masa pensiun. Sukses siswa ini kalau dibawa ke alam pikir Kurikulum 2013
harus dinyatakan bahwa kompetensi lulusan sekolah kita harus sukses dalam
mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar. Mengapa begitu? Karena hasil
penelitian tersebut jelas merupakan dampak ajar yang mencakup aspek sikap,
nilai, keterampilan, dan pengetahuan. Oleh sebab itu, Kurikulum 2013 memiliki Positive
Nurturing effects sebagaimana hasil penelitian Chetty Fridman, dan Rockoff
tersebut manakala ia mendapat dukungan professional guru secara memadai.
Memang benar guru kita selama beberapa
tahun terakir ini telah mendapatkan tunjangan profesi sebagai akibat adanya sertifikasi.
Dengan demikian kesejahteraan mereka semakin bagus. Kalau kesejahteraan guru
semakin bagus, adakah jaminan bagi mereka dan serta merata bisa melaksanakan
Kurikulum 2013 dengan baik dan professional sehingga mendapatkan nilai tambahan
secara signifikan bagi kehidupan para siswa kita dimana masa tuanya seperti
yang digambarkan penelitian di atas? Jawabannya belum tentu. Bahkan, banyak
penelitian memiliki kesimpulan bahwa kenaikan gaji guru tidak serta merata
maupun membawa perbaikan kualitas praksis pembelajaran di sekolah. Salah satu
penelitian akan hal itu dilakukan oleh Dalton dan Gutierrez (2011) yang
kemudian dilaporkan dalam jurnal Economy Policy: If you pay peanuts do you
get monkeys? A Cross-country analysists of teacher pay and pupil performance.
Padahal banyak penelitian juga menyatakan bahwa variabel masukan terpenting
dalam sebuah pendidikan yang berkualitas adalah berupa profesionalisme guru
yang memiliki portofolio dan “repertoire” kualitas pembelajaran.
Kenaikan gaji dan tunjangan guru baru akan memiliki korelasi yang positif
dengan profesionalismenya jika sistem gaji dan tunjangannya dibayar berbasis
kinerja, sebagai hal ini juga telah diteliti oleh David N. Figlio dan Laurence
Kenny (2010): Individual Teacher Incentive And Student Performance, dan
juga dalam Cross-Country Efidendce on Teacher Performance Pay. Dari
studi dan berbagai analisis itu semua memperkuat ekspektasi dan persyaratan
penting bahwa guru kita memang harus professional dalam melaksanakan Kurikulum
2013, meskipun trilyunan tunjangan telah dibayarkan kepada mereka. Tunjangan
guru tidak secara otomatis membawa mereka siap melaksanakan kurikulum 2013
tanpa ada pelatihan dan pendampingan secara tersistem dan berkelanjutan. Inilah
pekerjaan rumah yang akan segera dilakukan oleh pemerintah.
Slot Game Vegas Casino Map & Directions - Mapyro
BalasHapusSlot Game 남양주 출장마사지 Vegas Casino, Las Vegas NV, USA. mapYO Hotel & Casino in Las Vegas NV, 광주광역 출장안마 United States, 아산 출장마사지 located in 서산 출장샵 2 경상남도 출장샵 km from the centre.